Kami berkerumun didekat tungku api kecil. Memasak air panas
sembari memotong botol-botol plastik hingga menjadi dua gelas berukuran besar. Membawa
gelas yang sebenarnya terasa terlalu memberati tas punggung yang sudah terisi
penuh dengan bahan makanan dan baju-kain tahan dingin. Lalu, kami terduduk
disebuah rumah makan yang menyajikan minuman dengan harga dua kali lipat dari
uang saku kami dulu. Tidak ada lagi tungku api kecil dan gelas artifisial dari plastik.
Berubah.
Ia selalu datang dihari yang sama dan jam yang sama. Memesan
satu cangkir gelas kopi yang sama. Duduk dipojok yang sama, sibuk membuka
berbagai halaman sosial media. Humor yang tak selalu lucu dan kikuk yang membayangi
gerak tubuhnya. Senyum masih sering mengembang diwajahnya. Lalu, Ia banyak menghindar, terdiam dan sendiri
sibuk menghisap tembakau murah. Tidak lagi memegang telepon genggamnya, kadang
bisa berhari-hari. Akhirnya ia sadar, manusia bisa merasa kesepian ditengah
keramaian. Lebih baik benar-benar hidup sendiri, katanya. Berubah.
Tiada hari tanpa bersama, rencana-rencana masa depan terasa
dekat. Makan siang dengan ayam pedas yang sama, duduk di atas rerumputan
membicarakan masa-masa kejayaan yang akan segara berakhir. Menertawakan diri
sendiri karena terjebak dengan usia yang menolak untuk tidak bertambah.
Terkadang waktu hanya diisi dengan diam karena terlalu sibuk memikirkan diri
sendiri. Diam dan kesunyian yang nyaman. Hari-hari berlalu tanpa kabar. Hari
berlalu menjadi bulan. Terpisahkan dengan segala kesibukan hari-hari yang
berbeda. Tanpa kabar atau diam yang membuat nyaman. Berubah
![]() |
Source: Pinterest |
Aku terduduk diatas kursi kayu panjang di dermaga. Menatap
warna-warna jingga dan merah muda yang semakin tersaturasi. Merasakan angin yang
bertiup pelan membelai wajah yang sudah sehari penuh berkeringat. Aku merasakan
lelah disepanjang tulang punggung dan menatap warna-warna itu, bertahan satu
jam lamanya, lalu semua mulai kelabu dan gelap. Oh, sudah malam rupanya. Berubah.
Perubahan demi perubahan. Ketidaknyamanan akan perubahan
yang mendesak tanpa tedeng aling-aling. Kehilangan
dan pertemuan. Ruangan demi ruangan dalam dimensi waktu. Keramaian yang
tergantikan dengan kesunyian. Isi yang menjadi kosong. Romantisme masa lalu
yang terselip diantara perubahan-perubahan yang lebih banyak tak diinginkan. Ada titik-titik yang seringkali tak terlihat,
“Just make sure and notice, the collateral beauty.” – Collateral Beauty
Komentar
Posting Komentar