![]() |
Dive Log #6 |
Awalnya saya hanya suka berenang, namun saya takut berenang
ke tengah laut. Saya takut ada hiu yang menarik kaki saya atau sesuatu dari
dasar laut yang gelap. Lalu saya mencoba snorkeling entah dimana (saya lupa
dimana saya pertama kali melakukan snorkeling), yang jelas pada waktu itu saya
hanya melihat karang mati. Lalu, saya mulai menjelajahi pulau seribu dan
perlahan-lahan jatuh cinta pada laut. Saya pernah membaca sebuah buku, manusia
dan air itu harusnya bersahabat. Kenapa? Karena selama 9 bulan pada awal kita
menjadi manusia, kita berada di dalam air di kandungan Ibu. Ketika melakukan diving saya tidak pernah menyesal
(walaupun saya jatuh miskin setelah membuat lisensi selam). Laut Indonesia di
bagian karang-karang masih dijaga dengan baik tidak mengecewakan saya. Saya
merasa nyaman ketika saya melakukan penyelaman dan mengagumi apa yang saya
lihat dibawah sana. Saya sering kali bilang pada teman-teman saya yang sering
melakukan pendakian gunung. “Nih ya gw belum pernah liat gunung yang bisa
ngalahin pemandangan di bawah laut. Dibawah sana lebih indah daripada apa yang
ada diatas.”
![]() |
Anemon Laut, Iboih |
Laut Indonesia itu begitu indah dan sampai saya berpikir
saya tidak bisa hidup tanpa melihat pantai dan lautnya. Saya pernah
menggagalkan beasiswa ke Amerika waktu saya tingkat dua, waktu itu saya berkata
pada ibu saya, “Ma, kalo di Amerika ada
musim dingin ya? Hmm… aku ga kuat dingin. Trus nggak ada laut yang bagus macem
di Indonesia. Kayaknya aku ga jadi daftar deh, nanti aja deh kalau udah nggak
pengen jalan-jalan baru kesana.” Lalu saya membuang semua berkas-berkas saya
dan tidak pernah mencoba lagi. Bodoh? Ya, memang, tapi saya memang tidak kuat
dingin dan well… I just can’t stop traveling right now. Dan mungkin suatu hari
nanti saya akan mencoba kembali peruntungan saya. Mungkin.
![]() |
Pulau Tegal, Lampung |
Beberapa minggu lalu saya baru saja kembali dari perjalanan
ke Sabang, Aceh. Saya melakukan beberapa kali penyelaman dan menemukan hiu,
sekelompok barracuda, siput laut, gurita, sotong, dan mahluk-mahluk laut
lainnya yang mungkin hanya kebanyakan orang liat di meja makan. Disana baik
lokal dan pendatang mejaga bawah laut mereka, tidak ada lempar jangkar atau
penggunaan bom. Mereka sadar, laut baik bagi pariwisata dan nelayan adalah
sumber kehidupan mereka. Namun saya berpikir, melihat kasus di Bangka, Sulawesi
dan bahkan di Pulau Seribu, terumbu karang semakin hancur di Indonesia oleh
tambang dan bahkan turis. Saya sedih. Lalu yang paling membuat saya sakit hati
adalah ketika saya ke pulau seribu dan melihat turis Indonesia (yang seringkali
menyalah-nyalahkan pemerintah jika laut rusak) menginjak-injak terumbu karang,
mematahkan sebagiannya dan malah marah-marah karena kakinya gatal menginjak
karang. Damn shit! Mungkin
orang-orang yang pernah pergi bersama saya ke laut, akan mengatakan saya orang
yang sok idealis dan bawel, karena setiap kali mau snorkeling saya selalu
mengingatkan berkali-kali, “Tolong dijaga kakinya ya. Jangan ke tempat yang
dangkal, itu terumbu karang Cuma tumbuh 1 cm/tahun, jadi itu ama umur lo masih
tuaan dia.”
So, pada Hari Laut ini saya ingin bagi anda yang membaca
blog saya untuk menyadari bahwa, Laut Indonesia itu indah. Dan daripada
alih-alih menyalahkan pemerintah atau pertambangan atau bahkan warga lokal yang
menghancurkan laut, lebih baik kita melihat diri kita sendiri dan bertanya
“apakah kita sudah menjadi traveler yang bijak?” sebagaimana sebuah kata pepatah
yang bijak, “In underwater world, we –human, will always be the guest.”
![]() |
West Seulakoh, Sabang, Aceh |
Komentar
Posting Komentar