my Belove Sandals & Sunrise di Galunggung |
Sampah Di Lereng Anak Galunggung |
Dari bibir kawah galunggung, saya dapat melihat pemandangan kota jauh dibawah sana dan juga aliran sungai yang berkelok-kelok. 'lumayanlah' itu adalah kata yang terlontar dari hati kecil saya saat tiba di bibir kawah. Tebing-tebing tinggi gunung galungung cukup menghibur saya selama siang itu. Sedihnya saat siang hari, ada sebuah rombongan guru dan anak-anak muridnya yang piknik tepat disebelah saya. Yang menyedihkan bukan karena ketenangan saya terganggu dengan celoteh-celoteh orang itu, tetapi perilaku orang-orang itu yang membuang sampah-sampah plastik sembarangan. Saya sempat menegur mereka untuk membawa kembali turun sampah-sampah mereka. Awalnya seorang 'guru' mengiyakan perkataan saya dan merapikan beberapa sampah plastik. Namun, tetap saja mereka meninggalkan dan berpura-pura tidak tau ada sampah-sampah plastik yang mereka tinggal. akhirnya dengan memasang wajah kesal (sengaja nih biar pada tau diri orang-orang itu), saya memunguti sampah-sampah plastik mereka. Mungkin karena melihat wajah saya yang kesal, akhirnya seorang guru menghampiri saya dan membantu saya mengumpulkan sampah plastik "emang sampahnya harus dibawa turun ya mbak?" tanya bapak itu. saya, "yaiyalah pak. kalo nanti tempatnya jadi kotor, ga ada lagi yang mau dateng kesini dong pak."
Cukup senang dengan perilaku bapak itu, eh ternyata setelah dikumpulkan, si bapak itu dengan enaknya membuang sampah-sampah plastik itu ke lereng gunung! GRrrrrr! 'tau gitu mending gue yang bawa sampah-sampah itu turun'. Saya tidak peduli apakah guru-guru itu lebih tua dari saya, apakah profesi mereka itu guru (yang menurut saya tidak pantas disebut guru), yang saya tau mereka membuang sampah plastik sembarangan! apa susahnya sih bawa kembali turun sampah-sampah itu turun ke bawah dan dibuang di tempat sampah yang ada di pos bawah? apakah segitu beratnya sampah-sampah itu? Kalo bukan kita yang menjaga alam ini, siapa lagi yang mau menjaga? Akhirnya saya hanya bisa marah-marah pada orang-orang itu, dan mereka dengan seenaknya melengos pergi begitu saja. DAMN INDONESIAN!
Tebing Galunggung dan Jalur Airnya |
Malam hari itu, kami tidur tepat setelah makan malam atau kira-kira pukul 6.30. ya, walaupun saya sama sekali belum mengantuk, dua teman perjalanan saya sudah ambil posisi dan siap-siap tidur. Akhirnya, daripada saya sendiri di luar tenda dan tidak melakukan apa-apa, saya mencoba memejamkan mata saya dan akhirnya tidur dua jam kemudian. Satu hal yang aneh di malam kami itu, waktu terasa sangat panjang, entah karena kami tidur terlalu cepat atau karena hal lainnya. Rasanya saya sudah tidur lamaaaaaaaaaaa sekali, eh pas liat jam baru jam 11 malam! tidur lagi, bangun lagi eh baru jam 1.30. dan akhirnya sekitar pukul 5 pagi saya terbangun dan merasa sangat bahagia "Akhirnya pagiii juga."
Pemandangan sunrise Yang saya ambil hanya menggunakan kamera HP 5MP. |
Jakarta - Tasik (terminal Indihiang) = Bis (kurang lebih) ; Rp. 50.000
Indihiang - Cipanas (Pos I Galunggung) = Angkot Kecil ; Rp. 10.000
Alittletouchedbygod : Dear God, Thanks For showing me the paradise waterfall!
nice Article Mas !
BalasHapus